Peralihan ke energi terbarukan mengubah peta geopolitik dunia. Jika dulu minyak jadi senjata ekonomi, kini panel surya, baterai, dan hidrogen yang diperebutkan.
Tiongkok mendominasi produksi baterai litium, sementara Amerika berusaha mengejar dengan subsidi energi hijau besar-besaran.
Uni Eropa fokus ke energi angin lepas pantai, dan Timur Tengah mencoba diversifikasi lewat investasi hidrogen.
Kompetisi ini tidak hanya soal bisnis, tapi juga kontrol geopolitik: siapa menguasai teknologi energi hijau, dialah pemimpin abad ke-21.
Kesimpulannya, energi hijau adalah “emas baru”. Persaingan global akan semakin panas di dekade mendatang.